Jember – detikperistiwa.co.id
a. Kesehatan di Balung
Suatu pagi, Halaman Rumah Sakit Daerah (RSD) Balung itu dipenuhi antrean pasangan usia subur yang datang dengan wajah sedikit tegang. Ada yang menggandeng istrinya, ada pula yang datang bersama rombongan keluarga. Mereka bukan hendak menjenguk kerabat sakit, melainkan bersiap menjalani salah satu langkah penting dalam hidup: menjadi akseptor Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP). Ya, pagi itu tepatnya pada pukul 09.00 WIB ditanggal 9 September 2025, sebuah bakti sosial digelar hingga 14 September 2025. Dan bakti sosial ini bukan sekadar layanan kesehatan. In adalah sebuah penanda. Sebuah tanda yang ingin dikuatkan oleh Bupati Jember, Gus Fawait: bahwa kesehatan masyarakat, terutama kesehatan reproduksi, bukan sekadar jargon pembangunan, melainkan tindakan nyata.
b. Medis yang Menjadi Teks Sosial
Jika biasanya operasi identik dengan suasana mencekam, kali ini ruang operasi di RSD Balung menjadi semacam panggung politik kesehatan. Meja registrasi dipenuhi petugas dari DP3AKB, Bank Jatim, hingga tim medis berseragam hijau. Setiap detail tersusun rapi: skrining kesehatan, pemeriksaan laboratorium, hingga edukasi pasca operasi. Sebanyak 300 akseptor MOW dan 15 akseptor MOP menjadi “pemeran utama” dalam drama sosial ini. Angka itu bukan sekadar statistik. Ia adalah bukti bahwa akses kesehatan kini merambah lapisan masyarakat yang sering terabaikan. Bahwa pria, yang selama ini enggan terlibat dalam program KB, kini mulai mengambil peran melalui MOP. Seorang peserta perempuan berbisik lirih kepada rekannya usai keluar dari ruang operasi, “Rasanya lega, seperti sudah ambil keputusan besar untuk keluarga saya.” Sementara seorang pria paruh baya yang baru menjalani MOP tersenyum kaku sambil menahan nyeri, “Biar saya yang jalani, istri saya sudah banyak berkorban.”
c. Jaringan Simbol : Negara Hadir Bersama Rakyat
Rangkaian acara ini didukung oleh barisan panjang institusi: dari BKKBN Provinsi Jawa Timur, Kodim 0824, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, hingga puluhan puskesmas se-Kabupaten Jember. Dan tak ketinggalan juga terlihat kader-kader pendamping KB dari unsur Masyarakat yang tidak hanya membantu, mengedukasi dan meyakinkankan para calon akseptor. Namun mereka juga dengan sigap mengantar dan mendampingi para akseptor itu hingga pulih pasca MOW. Polsek dan Koramil Balung ikut berjaga, media lokal hingga tenaga dokumentasi resmi mencatat setiap adegan.
Kehadiran banyak institusi itu bisa dibaca sebagai simbol negara hadir. Di Balung, warga tidak hanya melihat dokter dan perawat. Mereka juga melihat tentara, polisi, birokrat, kader-kader pendamping KB hingga Bank daerah yang membuka rekening baru bagi peserta. Semua hadir, seakan ingin menegaskan bahwa program ini tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari jaringan pembangunan kesehatan yang lebih luas.
d. Gus’e Peduli Kesehatan
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program “Gus’e Peduli Kesehatan”. Penyematan nama itu bukan tanpa maksud. Dalam politik tanda, nama bukan sekadar label, melainkan pernyataan ideologis. Gus Fawait ingin meninggalkan jejak bahwa pemerintahannya bertumpu pada kepedulian kesehatan. Di hadapan ratusan peserta, ia tidak hanya hadir sebagai kepala daerah, melainkan sebagai representasi negara yang peduli. Operasi MOW dan MOP ini menjadi metafora: sebuah potongan tubuh yang dikorbankan demi keberlanjutan keluarga, demi kualitas hidup generasi berikutnya. Sama halnya dengan seorang pemimpin yang harus rela memangkas ego demi kepentingan warganya.
e. Dari Balung Menuju Kabupaten Sehat
Target dari kegiatan ini jelas: meningkatkan akses masyarakat terhadap kontrasepsi jangka panjang, memperkuat peran pria dalam program KB, serta mendongkrak capaian Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Jawa Timur. Tetapi simbol yang muncul jauh lebih luas. Bakti sosial ini mengirimkan pesan bahwa Jember tidak boleh lagi terpinggirkan dalam layanan kesehatan. Bahwa pusat kota bukan satu-satunya yang layak mendapatkan akses. Dengan digelarnya acara di Balung, pesan itu kian tegas: kesehatan harus merata hingga ke pinggiran. Keseriusan yang Dibaca Warga tidak ada yang lebih meyakinkan warga selain melihat tindakan nyata. Para Akseptor juga merasakan bahwa, pelayanan MOW ini tidak hanya sekedar pelayanan medis di meja operasi, melainkan sebuah pelayanan yang memastikan para akseptor itu pulih dan sehat kembali pasca operasi. Mereka menerima edukasi pasca operasi, obat-obatan, hingga souvenir simbolis, dan ini membuat mereka membaca sebuah tanda yang lebih besar: pemerintah benar-benar peduli.
Seorang ibu peserta MOW sempat menitikkan air mata ketika menerima buku tabungan kecil dari Bank Jatim. “Saya tidak pernah punya rekening sebelumnya. Rasanya seperti dihargai sebagai warga,” ujarnya pelan. Detail sederhana itu berubah menjadi simbol besar: kesehatan, kesejahteraan, dan inklusi berjalan beriringan.
f. Balung Bagian Dari Langkah Besar
Apa yang terjadi di Balung bukan sekadar operasi kontrasepsi massal. Ia adalah simbol dari arah baru kepemimpinan Jember. Dari meja operasi di rumah sakit pinggiran kota, Gus Fawait sedang menegakkan pesan besar: kesehatan adalah hak dasar yang harus hadir tanpa sekat, tanpa jarak. Langkah ini memperlihatkan seorang bupati yang tidak berhenti pada pidato atau janji, melainkan hadir di titik paling sederhana sekaligus paling menentukan: tubuh warganya. Dari Balung, Gus Fawait sedang menulis babak baru Jember, bahwa membangun kabupaten bukan hanya soal infrastruktur dan investasi, melainkan menjaga denyut nadi rakyat agar tetap sehat dan berdaya.
Andi,Spt.,S.Sos.M.Si
Penulis