
Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia
Dr. Nursalim Tinggi, S.Pd., M.Pd.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tulisan ini kutitipkan sebagai pesan sunyi yang lahir dari perjalanan panjang dakwah, dari perenungan seorang yang pernah ikut menanam, menyiram, dan menjaga tumbuhnya Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia. Wasiat ini bukan sekadar pengingat masa lalu, melainkan penuntun arah agar dakwah tetap berjalan lurus ketika zaman bergerak cepat dan nilai sering kali dipertaruhkan.
Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia hadir dari kesadaran kolektif, bukan dari kemewahan atau ambisi. Ia tumbuh dari kebersamaan para muballigh yang dahulu hanya bernaung di tujuh masjid, dengan tekad yang sederhana namun kuat: menjaga dakwah agar tetap menyentuh umat. Pada 13 Februari 2002, tekad itu dilembagakan, bukan untuk membangun simbol kebesaran, melainkan untuk merawat kesinambungan perjuangan. Sejarah ini hendaknya dipahami sebagai amanah, bukan sekadar catatan waktu. Sebab organisasi yang lupa pada sebab kelahirannya akan mudah kehilangan arah dalam perjalanannya.
Wasiat yang paling mendasar adalah tentang keikhlasan. Dakwah bukan jalan untuk mencari kenyamanan hidup, dan yayasan ini bukan tempat untuk menumpuk harapan duniawi. Jika engkau masuk untuk mencari keuntungan, engkau akan lelah sebelum sampai. Tetapi jika engkau masuk untuk menghidupkan nilai, engkau akan menemukan makna di setiap langkah. Jadikan Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia sebagai ladang amal, tempat memperbanyak pengabdian, dan ruang menempa diri agar lebih dekat kepada Allah.
Peliharalah kehormatan yayasan ini dengan akhlak yang terjaga. Marwah dakwah tidak dibentuk oleh struktur organisasi, melainkan oleh sikap para pengembannya. Jangan biarkan perbedaan pendapat berubah menjadi jurang perpecahan. Jangan biarkan kepentingan pribadi merusak persaudaraan. Dalam dakwah, keteladanan adalah bahasa yang paling mudah dipahami umat. Apa yang kita lakukan sering kali lebih kuat daripada apa yang kita ucapkan.
Teruslah menuntut ilmu dan memperluas pemahaman. Dakwah tidak cukup dengan niat baik, ia membutuhkan kecerdasan, kebijaksanaan, dan kepekaan sosial. Zaman boleh berubah, metode boleh berkembang, tetapi nilai tidak boleh ditinggalkan. Pegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah, pahami realitas masyarakat Turatea dengan jujur, dan sampaikan dakwah dengan hikmah. Kata-kata yang lahir dari hati yang bersih akan lebih mudah sampai ke hati umat.
Rawat Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia dengan kesabaran dan musyawarah. Jangan jadikan ia kendaraan konflik, alat kepentingan sesaat, atau ruang persaingan yang melelahkan. Biarlah yayasan ini tetap menjadi rumah dakwah yang meneduhkan, tempat umat merasa dirangkul, dan tempat para muballigh saling menguatkan. Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya jika disikapi dengan akhlak dan kebijaksanaan.
Kepada para muballigh muda, kutitipkan harapan yang besar. Hormatilah para pendahulu yang telah membuka jalan, karena dari pengorbanan merekalah fondasi ini berdiri. Namun jangan berhenti melangkah. Ambillah nilai perjuangan mereka, lalu lanjutkan dengan semangat, kreativitas, dan tanggung jawab. Masa depan yayasan ini bukan hanya tentang keberlanjutan organisasi, tetapi tentang kedewasaan moral generasi penerusnya.
Perlu kusampaikan dengan lapang: walau ragaku hari ini berada dalam kepengurusan Persatuan Muballigh Batam, hatiku tetap terpaut erat pada Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia. Bagiku, yayasan ini akan selalu hidup, tumbuh, dan berdenyut dalam dada serta desah nafasku. Ikatan dakwah tidak diukur oleh jabatan atau keberadaan fisik, melainkan oleh kesetiaan pada nilai dan doa yang terus mengalir.
Jika suatu hari namaku tidak lagi disebut, itu bukanlah kehilangan. Yang lebih penting adalah agar dakwah ini tetap hidup. Selama Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia berdiri di atas keikhlasan, menjaga persaudaraan, dan istiqamah menyeru kepada kebaikan, maka di situlah amal para perintis terus mengalir, melampaui waktu dan jarak.
Inilah wasiat sunyi ini kutitipkan. Jagalah ia dengan iman, rawatlah ia dengan akhlak, dan teruskan ia dengan pengabdian yang jujur. Semoga Allah meridai setiap langkah dakwah dan menjadikan Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia sebagai cahaya yang menerangi umat, dari Turatea untuk masa depan yang lebih bermakna.
Dari Turatea untuk Umat: Wasiat Sunyi Seorang Pendiri tentang Dakwah dan Kesetiaan Nilai
Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia
Dr. Nursalim Tinggi, S.Pd., M.Pd.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tulisan ini kutitipkan sebagai pesan sunyi yang lahir dari perjalanan panjang dakwah, dari perenungan seorang yang pernah ikut menanam, menyiram, dan menjaga tumbuhnya Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia. Wasiat ini bukan sekadar pengingat masa lalu, melainkan penuntun arah agar dakwah tetap berjalan lurus ketika zaman bergerak cepat dan nilai sering kali dipertaruhkan.
Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia hadir dari kesadaran kolektif, bukan dari kemewahan atau ambisi. Ia tumbuh dari kebersamaan para muballigh yang dahulu hanya bernaung di tujuh masjid, dengan tekad yang sederhana namun kuat: menjaga dakwah agar tetap menyentuh umat. Pada 13 Februari 2002, tekad itu dilembagakan, bukan untuk membangun simbol kebesaran, melainkan untuk merawat kesinambungan perjuangan. Sejarah ini hendaknya dipahami sebagai amanah, bukan sekadar catatan waktu. Sebab organisasi yang lupa pada sebab kelahirannya akan mudah kehilangan arah dalam perjalanannya.
Wasiat yang paling mendasar adalah tentang keikhlasan. Dakwah bukan jalan untuk mencari kenyamanan hidup, dan yayasan ini bukan tempat untuk menumpuk harapan duniawi. Jika engkau masuk untuk mencari keuntungan, engkau akan lelah sebelum sampai. Tetapi jika engkau masuk untuk menghidupkan nilai, engkau akan menemukan makna di setiap langkah. Jadikan Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia sebagai ladang amal, tempat memperbanyak pengabdian, dan ruang menempa diri agar lebih dekat kepada Allah.
Peliharalah kehormatan yayasan ini dengan akhlak yang terjaga. Marwah dakwah tidak dibentuk oleh struktur organisasi, melainkan oleh sikap para pengembannya. Jangan biarkan perbedaan pendapat berubah menjadi jurang perpecahan. Jangan biarkan kepentingan pribadi merusak persaudaraan. Dalam dakwah, keteladanan adalah bahasa yang paling mudah dipahami umat. Apa yang kita lakukan sering kali lebih kuat daripada apa yang kita ucapkan.
Teruslah menuntut ilmu dan memperluas pemahaman. Dakwah tidak cukup dengan niat baik, ia membutuhkan kecerdasan, kebijaksanaan, dan kepekaan sosial. Zaman boleh berubah, metode boleh berkembang, tetapi nilai tidak boleh ditinggalkan. Pegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah, pahami realitas masyarakat Turatea dengan jujur, dan sampaikan dakwah dengan hikmah. Kata-kata yang lahir dari hati yang bersih akan lebih mudah sampai ke hati umat.
Rawat Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia dengan kesabaran dan musyawarah. Jangan jadikan ia kendaraan konflik, alat kepentingan sesaat, atau ruang persaingan yang melelahkan. Biarlah yayasan ini tetap menjadi rumah dakwah yang meneduhkan, tempat umat merasa dirangkul, dan tempat para muballigh saling menguatkan. Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya jika disikapi dengan akhlak dan kebijaksanaan.
Kepada para muballigh muda, kutitipkan harapan yang besar. Hormatilah para pendahulu yang telah membuka jalan, karena dari pengorbanan merekalah fondasi ini berdiri. Namun jangan berhenti melangkah. Ambillah nilai perjuangan mereka, lalu lanjutkan dengan semangat, kreativitas, dan tanggung jawab. Masa depan yayasan ini bukan hanya tentang keberlanjutan organisasi, tetapi tentang kedewasaan moral generasi penerusnya.
Perlu kusampaikan dengan lapang: walau ragaku hari ini berada dalam kepengurusan Persatuan Muballigh Batam, hatiku tetap terpaut erat pada Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia. Bagiku, yayasan ini akan selalu hidup, tumbuh, dan berdenyut dalam dada serta desah nafasku. Ikatan dakwah tidak diukur oleh jabatan atau keberadaan fisik, melainkan oleh kesetiaan pada nilai dan doa yang terus mengalir.
Jika suatu hari namaku tidak lagi disebut, itu bukanlah kehilangan. Yang lebih penting adalah agar dakwah ini tetap hidup. Selama Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia berdiri di atas keikhlasan, menjaga persaudaraan, dan istiqamah menyeru kepada kebaikan, maka di situlah amal para perintis terus mengalir, melampaui waktu dan jarak.
Inilah wasiat sunyi ini kutitipkan. Jagalah ia dengan iman, rawatlah ia dengan akhlak, dan teruskan ia dengan pengabdian yang jujur. Semoga Allah meridai setiap langkah dakwah dan menjadikan Yayasan Dewan Dakwah Turatea Indonesia sebagai cahaya yang menerangi umat, dari Turatea untuk masa depan yang lebih bermakna.




