Jakarta – detikperistiwa.co.id
Sejak pendeta John Lauw di panggil tuhan tahun 1998 pelayanan di GPdI Ngadirejo di lanjutkan oleh pendeta Ester Susilo ( istri pendeta john Lauw ). Mulai saat itu penata layanan di percayakan kepada bapak Nehemia Anton Susilo di bantu bapak Martinus Yohan dan pengurus gereja.
Pada bulan Januari 2019 ibu pendeta Ester Susilo jatuh saat ibadah akan di mulai. Sehingga menyebabkan patah tulang pada paha dan tidak bisa berjalan. Meskipun demikian dengan di bantu anak anak dan pengurus gereja. Pelayanan tetap berjalan dengan baik. Jemaat tetap antusias beribadah. Tidak ada yang berubah sama sekali.
Pada bulan Maret 2020 karena adanya covid. Ibadah di GPdI Ngadirejo di tutup sementara. Dengan surat edaran yang di tandatangani bapak DS ( koordinator bidang umum ) dan ibu YD ( sekertaris ) tanpa izin gembala dan hanya pemberitahuan lewat telepon kepada bapak Anton Susilo ( koordinator ibadah ). Dengan pertimbangan untuk kebaikan bersama dan karena himbauan dari pemerintah. Bapak Anton Susilo setuju, walaupun sebenarnya waktu itu Ngadirejo zona hijau covid. Sejak ibadah di tutup perpuluhan sengaja di arahkan ke bapak Martinus Yohan dengan maksud supaya dia mantap untuk mengundurkan diri dari GPDI Ngadirejo dan membuka persekutuan sendiri. Sehingga apa yang mereka rencanakan berjalan dengan lancar. ( Yang mengarahkan bapak PES dan ibu EO ). Sehingga ibu gembala tidak menerima persembahan maupun perpuluhan sampai ibadah di buka kembali.
Tanggal 5 April 2020. Atas seijin gembala bapak Anton Susilo di dukung beberapa pengurus mengadakan ibadah online. Ibadah online berjalan dengan baik dari tanggal 5 Juli sampai dengan tanggal 7 Juni 2020.
Karena sudah lebih dari 3 bulan ibadah online. Sedangkan di Ngadirejo zona hijau covid. Jemaat menginginkan untuk di buka kembali ibadah offline. Jemaat sudah rindu beribadah di gereja. Sehingga bapak Anton Susilo mengundang beberapa pengurus gereja untuk membicarakan rencana membuka kembali ibadah offline. Tetapi dalam pertemuan pengurus tersebut bapak Martinus Yohan dan beberapa pengurus tidak setuju di buka kembali tanpa alasan yang jelas. Sedangkan jemaat terus mendesak untuk di buka beribadah karena gereja di sekitar temanggung sudah mulai membuka beribadah.
Akhirnya Minggu ke 3 bulan juli 2020, atas persetujuan ibu gembala. Bapak Anton Susilo dan beberapa pengurus yang mendukung ( bapak didik, bapak hermon, bapak Sumadi, bapak David, ibu Yuni, ibu Eli, ). Membuka ibadah offline dengan protokol kesehatan yang sangat ketat sesuai himbauan pemerintah. Bersama dengan di buka nya ibadah bapak Martinus Yohan mengundurkan diri dari pelayanan di GPdI Ngadirejo dengan pamit door to door ke rumah jemaat. Dengan mengatakan dia akan membuka persekutuan sendiri. Hal ini di lakukan tanpa sepengetahuan ibu gembala dan bapak Anton Susilo. Setelah pamit ternyata tidak ada ijin dari lingkungan sekitar untuk membuka persekutuan di rumahnya.
Bersamaan dengan pamitnya bapak Martinus Yohan, kesempatan ini di gunakan oleh 4 jemaat yang mengatasnamakan 4 elemen GPdI Ngadirejo ( bapak DS, bapak SH, bapak PES, ibu EO) mengirim surat ke MW yang inti nya minta pendeta baru. Dengan mengumpulkan tanda tangan jemaat dengan cara yang tidak benar. Hal ini membuat jemaat resah, sehingga ibu gembala mengeluarkan surat pemberhentian dari kepengurusan GPdI Ngadirejo kepada 5 orang pengurus yaitu bapak DS, bapak SY, bapak KM, ibu K, ibu EO.
Masih di bulan juli majelis wilayah VI memanggil bapak Anton Susilo dan bapak Martinus Yohan dalam pertemuan di GPDI kaliputih. Dalam pertemuan tersebut bapak pendeta Paulus ( ketua MW yang lama ). Menyampaikan kepada bapak Anton Susilo bahwa bapak Martinus Yohan mau kembali ke GPDI Ngadirejo asalkan di angkat menjadi wakil gembala. Lalu bapak Anton Susilo meminta waktu 1 (satu) minggu kepada MW untuk berdoa dan membicarakan masalah ini dengan ibu gembala. Tetapi belum sampai 1 Minggu sudah ada pertemuan antara 4 elemen,MW dan MD di rumah makan Ani Parakan, sehingga pertemuan bapak Anton Susilo dengan MW tidak ada kelanjutannya.
Hari Jumat tanggal 28 Agustus 2020. MD ( periode 2017 – 2022 ) mengundang bapak Anton Susilo, bapak Martinus Yohan dan beberapa orang yang mengirim surat ke MW di kantor MD di Semarang. MD yang hadir di pertemuan ini hanya ketua ( pendeta Agus Heri Purnomo ), Sekertaris ( pendeta Titus asen ), wakil sekertaris 1 ( pendeta lukasno ), biro pengembalaan ( pendeta Markus Suprapto), dan biro organisasi ( pendeta Markus kanthi ).
Dalam pleno terbatas ( istilah dari pendeta Markus Suprapto ) ini di putuskan bahwa bapak Martinus Yohan di tarik kembali masuk ke GPdI Ngadirejo atas persetujuan bapak Anton Susilo, tapi bapak Martinus yohan langsung di tolak oleh beberapa jemaat yang menulis surat ke MW tersebut. Dan dalam pleno tsb diputuskan pedampingan MD Jateng di GPdI Ngadirejo.Pada waktu itu pendeta Titus asen katakan kepada bapak Anton Susilo supaya bapak Anton Susilo mengalah dulu, karena perampingan MD ini paling lama 3 bulan, setelah itu penata layanan gereja akan di kembalikan lagi. Dengan pertimbangan untuk kebaikan pekerjaan tuhan di GPdI Ngadirejo dan waktu yang di katakan hanya 3 bulan bapak Anton Susilo setuju di adakan pendampingan ( waktu itu kami berpikir positif terhadap MD ). Kedua anak gembala di off kan dari semua pelayanan ( usulan dari wilayah ).
(Yanto)