Jember | detikperistiwa.co.id
Pagi itu, halaman SMP Negeri 1 Tempurejo tidak sekadar menjadi ruang apel. Ia berubah menjadi panggung harapan.
Deretan siswa berdiri rapi, seragam mereka tersapu cahaya matahari Desa Tempurejo yang hangat. Di antara suara langkah dan kibaran bendera, hadir seorang pemimpin yang datang bukan untuk berpidato dari kejauhan, melainkan untuk menyapa dari dekat: Bupati Jember, Gus Fawaid.
Kehadirannya dalam apel pagi itu merupakan bagian dari program Bunga Desaku (Bupati Ngantor di Desa dan Kelurahan), sebuah ikhtiar kepemimpinan yang menurunkan jarak antara negara dan warganya. Sabtu pagi, 13 Desember 2025, menjadi saksi bahwa pendidikan tak hanya dibicarakan di ruang rapat, tetapi juga ditanamkan di halaman sekolah.
Dalam arahannya, Gus Fawaid berbicara dengan nada yang tenang, namun sarat keyakinan. Ia tidak sekadar memberi nasihat, tetapi menanamkan mimpi. “Anak-anak harus terus melanjutkan pendidikan,” ucapnya tegas. “Kalau bisa sampai kuliah. Minimal lulus SMA.
“Pendidikan adalah investasi paling berharga untuk masa depan.” Kalimat itu bukan sekadar retorika. Ia disertai teladan. “Saya sendiri, meskipun sudah menjadi Bupati, tetap melanjutkan pendidikan hingga S3,” lanjutnya, seolah ingin berkata bahwa jabatan bukan akhir perjalanan, melainkan salah satu persinggahan dalam proses belajar tanpa henti.
Apel pagi itu lalu berubah menjadi ruang dialog. Gus Fawaid mengajak para siswa berbincang, mendengarkan suara mereka tentang hal-hal yang selama ini menjadi perbincangan nasional: Makan Bergizi Gratis (MBG) dan penanganan stunting. Seorang siswa dengan polos namun penuh keyakinan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. “Terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo, karena sudah ada MBG. Sekarang badan kami jadi lebih sehat,” ucapnya, disambut senyum dan anggukan.
Di situlah terasa bahwa kebijakan negara menemukan wajah manusianya, di tubuh-tubuh kecil yang tumbuh lebih kuat, di pikiran-pikiran muda yang mulai percaya pada masa depan.
Namun Gus Fawaid juga mengingatkan tantangan yang masih dihadapi. Angka stunting di Kabupaten Jember, katanya, masih tergolong tinggi. Karena itu, edukasi harus dimulai sejak dini, termasuk pemahaman tentang usia ideal kehamilan, yakni antara 23 hingga 35 tahun, sebagai upaya menekan risiko stunting dan melahirkan generasi yang lebih sehat. Komitmen Pemerintah Kabupaten Jember tak berhenti pada wacana. Gus Fawaid memastikan bahwa kuota beasiswa akan ditingkatkan, membuka lebih banyak pintu bagi anak-anak Jember untuk melanjutkan pendidikan. Bahkan, ia menyinggung peluang masa depan yang lebih luas: program magang dan pelatihan kerja, hingga kesempatan bekerja ke luar negeri seperti Jepang dan Korea. “InsyaAllah, semua itu akan kita siapkan,” pungkasnya, menutup arahan dengan keyakinan yang menular.
Apel pagi tersebut turut dihadiri seluruh Kepala Unit Pelaksana Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jember, serta para kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan. Kehadiran mereka menjadi simbol bahwa program Bunga Desaku bukan kerja satu orang, melainkan gerak bersama. Pagi itu, di halaman SMP Negeri 1 Tempurejo, pendidikan kembali ditegaskan sebagai jalan panjang menuju perubahan. Dan di antara barisan siswa yang berdiri tegak, harapan-harapan kecil tampak mulai belajar berjalan menuju masa depan Jember yang lebih berdaya.
(Sugiyanto)




