Bustami Memulai, Tu Sop Mengantar, Fadhil Rahmi Melanjutkan

Aceh – detikperistiwa.co.id

Tu Sop digadang-gadang sebagai wakilnya Mualem pada Pilkada Aceh 2024. Tapi kemudian terjadi turbulensi, Mualem memilih Dek Fadh sebagai wakil. Meski kader Partai Gerindra sekaligus Ketua DPD I Gerindra Aceh, Dek Fadh bukan orang asing bagi Mualem. Dek Fadh merupakan bekas Komandan Operasi GAM Wilayah Pidie.

Salah satu PR besar Bustami Hamzah saat maju pada Pilkada 2024 yaitu soal popularitas. Ia populer di kalangan menengah ke atas. Bagi kelas menengah, Bustami dikenal luas, khususnya jajaran ASN.

Tapi tidak di tingkat bawah. Publik akar rumput tidak familiar dengan Bustami Hamzah. Wajar, selama ini Bustami sibuk di tataran birokrasi, membantu pemerintah sesuai kemampuan yang ia miliki. Juga mendaya upayakan bantuan untuk Aceh melalui jejaring ia ia miliki di tingkat Pusat.

Persatuan politik antara Bustami Hamzah dan Tu Sop terjadi dalam momen yang sangat cepat, sekaligus tepat. Kala Bustami berjuang keras mengawal dukungan politik parpol yang setiap detik diupayakan hilang darinya, Bustami dan Tu Sop bertemu. Difasilitasi oleh para ulama, mereka bersepakat maju dalam satu paket.

Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) merupakan ulama yang dikenal luas dari Sabang hingga Tamiang. Dari Banda Aceh hingga Singkil. Ia ulama yang sangat dekat dengan rakyat.

Tu Sop bukan pemburu kekuasaan. Sang ulama maju karena sudah lama melihat ada persoalan serius yang perlu dibenahi. Soal akhlak anak bangsa yang kian carut-marut.

Bersatunya Tu Sop dan Bustami bukan sekadar soal pemilu, tapi ada kesamaan ide, kesamaan mimpi, dan kesamaan persepsi dalam membangun Aceh. Kolaborasi birokrat-ulama yang sangat cemerlang.

Di sisi lain, Bustami Hamzah dengan cepat melejit namanya di tingkat bawah. Dia dikenal hingga ke kampung pedalaman. Kini, tak ada lagi yang tidak mengenal Bustami. Pasangan Bustami Hamzah-Tu Sop menjadi Harapan Baru untuk rakyat Aceh.

Tapi, di tengah jalan Tu Sop meninggal dunia. Sang ulama pamit dari hiruk-pikuk dunia yang fana. Tinggallah Bustami Hamzah. Ia pun memilih tidak lagi memilih. Ia menunggu para ulama yang mendukungnya, membuat keputusan.

Dari sekian nama, akhirnya para ulama memutuskan Fadhil Rahmi sebagai wakil Bustami Hamzah untuk mengarungi selat Pilkada 2024.

Fadhil Rahmi bukan politisi Islam abangan. Ia seorang azhari di Universitas Al Azhar Cairo, Mesir. Sebuah universitas Islam paling mentereng di Afrika.

Fadhil Rahmi yang pada periode lalu sebagai anggota DPD RI, merupakan politisi yang religius. Dengan latar belakang santri, ia menjunjung tinggi integritas. Ya, selama di DPD RI dirinya kurang populer. Karena ia tidak asal bunyi dalam bicara. Tapi dalam kenyataannya, dengan anggaran DPD RI yang sangat terbatas, Fadhil Rahmi tetap bekerja semaksimal mungkin membela Aceh. Ia juga menjadi penjaga anak yatim di Aceh melalui serangkaian program kemanusiaan, termasuk program orangtua asuh untuk pendidikan anak yatim.

Fadhil Rahmi punya kemampuan manajerial yang baik. Pengalamannya sebagai mahasiwa Al Azhar Cairo, serta kiprahnya di DPD, membuat dirinya memahami persoalan Aceh secara komplit.

Bonusnya, Fadhil Rahmi merupakan politisi Aceh yang religius, jauh dari isu miring, dan ia mencintai Aceh dengan sangat tulus.

Kini Harapan Baru itu berada di pundak Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi. Merekalah pembawa panji perubahan menuju Aceh yang makmur, islami, dan terhormat.
War.N

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://detikperistiwa.co.id/wp-content/uploads/2024/03/IMG-20240311-WA0045.jpg