Sidoarjo – detikperistiwa.co.id
Sikap tertutup Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Taman, Dewi Kumalasari, dan jajaran Humas sekolah tersebut menuai kecaman keras dari rekan-rekan media lokal. Mereka dituding sengaja menghindar dan tidak mau memberikan keterangan resmi terkait berbagai kegiatan sekolah, memicu kekecewaan akan minimnya transparansi publik.
Kritik ini diperparah dengan keluhan dari orang tua siswa yang merasa informasi penting mengenai kegiatan dan kebijakan sekolah tidak disampaikan secara jelas, bahkan semakin menguat dengan munculnya kasus sensitif seperti pengeluaran siswa yang diduga tidak prosedural.
Sejumlah awak media di Sidoarjo mengungkapkan rasa frustrasi mereka. Menurut mereka, upaya untuk mendapatkan konfirmasi atau informasi rutin mengenai kegiatan edukasi maupun non-edukasi sekolah selalu terbentur “tembok” komunikasi yang dibangun oleh pihak SMAN 1 Taman.
”Kami telah beberapa kali menghubungi Kepala Sekolah dan Humas SMA 1 Taman, baik melalui telepon maupun datang langsung, namun mereka tidak pernah mau menemui kami atau memberikan respons yang memuaskan,” kata Agus Harianto, S H selaku Ketua LSM GEMPAR Sidoarjo menegaskan bahwa hal ini menghambat fungsi kontrol sosial dan penyebaran informasi yang akurat kepada masyarakat.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan jurnalis: mengapa pejabat publik di lembaga pendidikan memilih untuk menutup diri dari publikasi yang seharusnya menjadi bagian dari akuntabilitas?
Kritik tajam dari media juga didukung oleh keresahan orang tua siswa. Mereka merasa Kepala Sekolah dan Humas SMAN 1 Taman tidak transparan dalam pengelolaan informasi.
”Kami sebagai orang tua siswa berhak untuk mengetahui apa yang terjadi di sekolah, mulai dari laporan keuangan kegiatan hingga kebijakan baru. Namun, Kepala Sekolah dan Humas SMA 1 Taman tidak pernah mau memberikan informasi yang jelas,” ujar Tri selaku orang tua siswa.
Ketidaktransparanan sekolah dituding mencapai puncaknya dalam penanganan kasus sensitif, seperti pengeluaran seorang siswa berinisial A yang terjadi baru-baru ini.
Bapak/Ibu [Nama Orang Tua Siswa yang Dikeluarkan – Ilustrasi], orang tua dari siswa yang dikeluarkan tersebut, mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap minimnya proses dialog dan kejelasan alasan di balik keputusan drastis tersebut.
”Anak saya tiba-tiba dikeluarkan, alasannya tidak jelas dan proses pemanggilannya pun mendadak. Kami merasa tidak diberi kesempatan membela diri atau mencari solusi yang lebih mendidik. Pihak sekolah, terutama Bu Kepala Sekolah dan Humas, seolah menghindar setiap kali kami meminta penjelasan tertulis dan rinci. Ini bukan cara mendidik yang kami harapkan dari sekolah negeri unggulan,”tegas Tri.
Pernyataan ini menguatkan dugaan bahwa sikap tertutup SMAN 1 Taman bukan hanya soal enggan bertemu media, tetapi telah menjadi pola dalam pengambilan keputusan krusial yang berdampak langsung pada masa depan siswa.
Hingga berita ini diturunkan, Kepala Sekolah SMAN 1 Taman, Dewi Kumalasari, belum dapat dimintai konfirmasi. Upaya konfirmasi oleh awak media untuk mendapatkan tanggapan resmi mengenai kritik dari rekan media, orang tua siswa, dan khususnya kasus pengeluaran siswa, tidak membuahkan hasil.
Kondisi ini semakin memperkuat citra Dinding Bungkam yang kini melekat pada manajemen SMAN 1 Taman, dan mendesak Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk segera turun tangan melakukan investigasi terhadap tata kelola komunikasi publik dan kebijakan di sekolah tersebut.(Fat-Al)




