Kasus Kecelakaan Maut di Kawasan Celentang,Kecamatan Sako Palembang Korban Malah Jadi Tersangka

 

 

Palembang – detikperistiwa co.id
Kasus kecelakaan maut di kawasan Celentang, Kecamatan Sako, Palembang, Kamis (2/10/yg 25) pagi, menyisakan duka sekaligus tanda tanya besar. Korban, Fadillah Rabiul Nada Mudia (27), tewas seketika setelah motor yang dikendarainya terlibat tabrakan dan tubuhnya terlindas kendaraan pariwisata.

Namun, keluarga korban justru mempertanyakan sikap kepolisian yang terkesan tidak transparan, bahkan seolah menjadikan korban sebagai pihak yang bersalah.

Berdasarkan informasi di lapangan, peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 08.00 WIB. Korban yang mengendarai sepeda motor melaju dari arah Celentang menuju Simpang Polda. Di tikungan jalan, motor korban diduga bersenggolan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan, hingga membuat korban terpental ke tengah jalan dan terlindas mobil pariwisata yang melintas di belakangnya. Korban meninggal dunia di tempat akibat luka parah di bagian kepala dan tubuh.

Namun pernyataan dari pihak kepolisian justru menimbulkan pertanyaan besar.
Kasat Lantas Polrestabes Palembang menyebut bahwa sopir mobil pariwisata merupakan korban, sementara motor yang menyenggol disebut saksi wajib lapor. Dengan demikian, almarhumah Fadillah justru dinilai sebagai pihak yang melanggar jalur.

“Kalau logikanya, ada korban dan saksi, pasti ada tersangka. Dan dari pernyataan kasat itu, seolah yang jadi tersangka justru almarhum. Miris, orang yang sudah meninggal malah dituding salah,” ujar salah satu keluarga korban.

Keluarga mempertanyakan dasar penilaian polisi tersebut.
“Kasat bilang almarhum melintas di jalur yang bukan semestinya. Tapi jalur mana yang dimaksud? Di lokasi kejadian jelas tidak ada marka jalan. Jadi apa yang sebenarnya dilanggar?” tambahnya.

Lebih lanjut, keluarga korban juga mengaku baru mengetahui kabar duka tersebut sekitar pukul 15.00 WIB dari unggahan media sosial, bukan dari pemberitahuan resmi aparat. “Kami tidak menerima kabar dari polisi sejak pagi. Justru kami tahu dari Pak RT yang lihat foto kecelakaan di medsos. Saat kami ke rumah sakit, ternyata jenazah adik kami sudah di RS Mohammad Hoesin,” kata Rizky, kakak korban, dengan nada kecewa.

Keluarga juga menyoroti kondisi jenazah yang dinilai janggal.
“Ada beberapa bagian tubuh almarhumah yang terlihat seperti bekas sayatan rapi. Kami khawatir ada tindakan yang tidak semestinya. Kami minta penjelasan terbuka dari rumah sakit dan kepolisian,” ujarnya.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak RS Mohammad Hoesin Palembang belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan keluarga tersebut. Upaya konfirmasi wartawan kepada pihak kepolisian juga belum mendapat jawaban jelas. Pihak Polrestabes Palembang hanya membalas singkat melalui pesan WhatsApp: “Walaikumsalam, berkenan ke Kanit Gakkum ya pak. Tks.”

Sikap diam ini memicu keresahan di tengah masyarakat. Warga sekitar menilai aparat seharusnya segera memberi kabar begitu identitas korban diketahui.
“Biasanya kalau ada kecelakaan, cepat dikabari keluarga. Ini dari pagi sampai sore tidak ada kabar, baru tahu dari medsos. Aneh,” ujar seorang warga Celentang.

Jenazah Fadillah Rabiul Nada Mudia telah dimakamkan di TPU dekat kediaman orang tuanya pada Kamis malam.
Pihak keluarga kini menuntut transparansi dan akuntabilitas dari aparat kepolisian serta rumah sakit dalam penanganan kasus ini.

“Kami tidak menuntut apa-apa selain kejelasan. Kami hanya ingin tahu kenapa keluarga tidak dikabari sejak pagi, dan kenapa jenazah adik kami dibiarkan di rumah sakit tanpa pendampingan,” tutur Rizky dengan mata berkaca-kaca.

Kasus ini kini menjadi perhatian publik Palembang. Banyak pihak mendesak agar penegakan hukum dilakukan secara objektif, bukan seolah mencari kambing hitam di tengah keluarga yang sedang berduka
4,pilar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *