Detikperistiwa.co.id
Surabaya |Jatim | Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo, secara resmi membuka acara Puncak Peringatan Hari Keamanan Pangan Dunia atau World Food Safety Day (WFSD) di Surabaya, Jumat (21/6/2024). Pada momen itu, Ia mengatakan, ketahanan pangan yang ada di Indonesia ini harus berlandaskan atas kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.
“Di tengah isu hambatan, dan tantangan penyelenggaraan pangan, Bapanas terus berupaya menjaga kemandirian pangan. Sehingga, kedaulatan pangan negara Indonesia ini sangat berbeda dengan negara-negara lain. Apa yang dimaksud ketahanan pangan kita berbeda? Sebagai contoh misalnya kita di Singapura dan di Indonesia, Singapura itu tidak punya petani, dan peternak, jadi sangat mudah untuk pengadaan, karena negaranya kecil. Sedangkan jika dibayangkan Indonesia punya 514 kabupaten-kota, kemudian punya 17.000 pulau lebih, dan ini semua harus makan dan makannya harus sehat, keamanan pangannya juga harus dijaga. Maka ketahanan pangan yang dimaksud di Indonesia adalah ketahanan pangan yang berlandaskan kemandirian dan kejadaulatan pangan,” tutur Arief dalam sambutannya.
Landasan kemandirian, menurut Arief, artinya Indonesia bisa memproduksi sendiri untuk pangan-pangan strategis yang ada dan bisa ditangani. “Yang satu lagi adalah kejauhatan pangan. Kedaulatan pangan itu pada saat kita bisa memilih hari ini mau makan apa, besok mau makan apa, dan itu ada. Itu daulat. Sehingga hal ini harus menjadi konsum kita semua seluruh Indonesia,” tukasnya.
Lebih lanjut, Arief menjelaskan, perubahan iklim menjadi ancaman yang serius bagi ketersediaan pangan karena kerugian yang diakibatkan seperti halnya produksi dan ketidakstabilan pasokan. Kondisi ini meningkatkan potensi penggunaan bahan berbahaya yang dapat meningkatkan risiko keamanan pangan.
“Di beberapa negara suhunya hari ini 50 derajat. Di India bahkan sudah ada yang diatas 50 derajat, di beberapa negara sudah banyak hipstroke dan lain-lain. Itu karena manusia yang sangat adaptable. Apalagi tumbuhan-tumbuhan khususnya tanaman pangan yang selama ini kita harus jaga bersama,” jelas Arief.
Gobalisasi perdagangan, menurut Arief, juga bisa meningkatkan kompleksitas rantai pasok, sehingga mempersulit pelacakan sumber kontaminasi yang saat ini sering terjadi di keamanan pangan.
“Jadi pangan yang aman itu yang traceable, yang bisa di trace. Mulai dari kalau misalnya daging sapi itu bisa kita trace kapan dipotongnya, dimana rancenya, dipotong tanggal berapa, pack date tanggal berapa, delivery-nya. Nanti ke depan kita akan seperti itu. Dan juga kandungan-kandungan yang di dalamnya, sehingga ke depan bangsa kita ini bisa lebih baik,” terangnya.
Berdasarkan organisasi kesehatan dunia, yaitu World Health Organization atau (WHO), Arief mengatakan, WHO memperkirakan pangan yang terkontaminasi akan menyebabkan sekitar 1 dari 10 orang sakit setiap tahun, jadi 10% pangan yang terkontaminasi ini, tentunya dapat menyebabkan sekitar 200 penyakit.
“Dan menurut WHO juga, keracunan pangan dapat terjadi karena kurangnya pengawasan, kepalsuan dan juga pelanggaran atau kejadian alam, baik sengaja maupun tidak disengaja. Untuk itu sesuai dengan hari tema keamanan pangan sedunia tahun ini, tentunya National Food Agency atau Badan Pangan Nasional sebagai Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Segar mengusung tema Kolaborasi Memperkuat Kesiap-siagaan dalam Mewujudkan Pangan Segar Aman,” ujar Arief.
“Tema ini tentunya mengingatkan kita semua agar berkolaborasi antar otoritas kompeten keamanan pangan dalam mengembangkan sistem analisa resiko sehingga potensi ketidakamanan pangan dapat diidentifikasi untuk mengujukan pangan yang aman bagi masyarakat,” sambung Arief.
Arief mengungkapkan, National Food Agency (NFA) atau Badan Pangan Nasional ini sebenarnya memiliki tiga deputi yang membidangi pangan. Pertama Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, kedua Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi, dan ketiga Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan pangan. Jadi ketiga deputi ini tentunya harusnya sampai ke 514 kabupaten/kota,” ungkapnya.
Selanjutnya, Arief pun memaparkan tiga pilar ketahanan pangan, yakni ketersediaan, keterjangkauan, dan juga kemanfaatan pangan sesuai alamat Undang-Undang 18 tahun 2012 tentang pangan.
“Sekali lagi, luas wilayah, banyaknya jenis dan jumlah pangan segar yang beredar, serta banyaknya tempat peredaran membuat kita semua terus berupaya membuat perobosan yang menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik pusat maupun daerah,” papar Arief.
Sebagai otoritas kompeten ketahanan pangan, Arief menuturkan, Bapanas juga terus memperkuat sistem penjaminan keamanan pangan melalui penguatan regulasi, peningkatan kompetensi SDM, standarisasi kelembagaan, penguatan inspeksi dan pengawasan, penguatan sarana-prasarana pengawasan dan pengujian, serta peningkatan komunikasi, edukasi, dan informasi.
“Dalam penjaminan keamanan pangan yang dijual secara murah di peredaran, Bapanas pun membangun pasar pangan segar aman, serta memperkuat pengawasan pusat dan daerah melalui laboratorium keliling. Seperti delapan mobil yang mulai dibagikan kepada provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia. Tahun lalu juga sama, kita sudah berikan,” tutur Arief.
Di akhir sambutannya, Arief berpesan, bahwa keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama. “Sehingga saya mengajak seluruh stakeholders di bidang pangan, akademik, business, government, community, dan media untuk mengambil peran dalam mewujudkan keamanan pangan yang lebih baik lagi,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Kepala Bapanas Arif juga berkesempatan menyerahkan penghargaan Rapid Response Pasar Pangan Aman Segar, dan diketahui Provinsi Jawa Timur meraih terbaik ketiga penghargaan tersebut.
Selain itu, juga diberikan penghargaan kepada Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) yang telah menunjukkan kinerja baik dalam penerapan sistem manajemen pengawasan keamanan pangan segar.Dalam rangkaian acara puncak ini, Bapanas juga menyerahkan Mobil Lab Keliling Cek Pangan Segar.
Acara ini bertujuan untuk membangun kolaborasi dan komitmen dalam mewujudkan keamanan pangan, sekaligus mengampanyekan keamanan pangan kepada semua pemangku kepentingan sektor pangan.
Diketahui, acara puncak Hari Keamanan Pangan Dunia yang pada tahun 2024 ini bertajuk ‘Food Safety Prepare for The Unexpected’ tersebut, selaras dengan tema yang diambil Badan Pangan Nasional sebagai Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) yakni ‘Kolaborasi Memperkuat Kesiapsiagaan dalam Mewujudkan Pangan Segar Aman’.
Acara dihadiri oleh, Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA Andriko Noto Susanto, Pj. Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, Deputi Perwakilan WHO untuk Indonesia Momoe Takeuchi, perwakilan Kementerian/Lembaga, perwakilan pemerintah daerah, BUMN Bidang Pangan, Asosiasi Pangan, pelaku usaha, dan stakeholder terkait, semuanya berjumlah 250 orang hadir secara luring. (Asep)