Parkir di Hari Kemerdekaan: Antara Perayaan dan Ironi di Kota Bireuen

Bireuen – detikperistiwa.co.id

Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 seharusnya menjadi momen penuh semangat, harapan, dan refleksi atas makna kebebasan. Namun di tengah gegap gempita perayaan, terselip ironi yang kerap terjadi dari tahun ke tahun: persoalan parkir yang semrawut dan kutipan liar yang tetap berlangsung, bahkan di hari kemerdekaan.

Di tengah keramaian kota Bireuen saat acara karnaval dan upacara berlangsung, hampir seluruh badan jalan berubah menjadi lahan parkir dadakan. Salah satu yang mencolok terjadi di depan pintu keluar sebuah bank ternama di pusat kota, meski terdapat rambu larangan parkir, juru parkir tetap mengatur dan menarik kutipan dari pengguna kendaraan.

Fenomena ini mengundang tanya: sudahkah kita benar-benar merdeka? Jika untuk sekadar memarkir kendaraan di tempat yang jelas-jelas melanggar aturan masih dikenakan pungutan, kemerdekaan seperti apa yang sedang kita rayakan?

Saatnya pemerintah daerah, dinas perhubungan, dan aparat menata ulang sistem parkir kota secara adil dan manusiawi. Agar kemerdekaan tak hanya dirayakan lewat simbol, tapi juga benar-benar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kebebasan dari pungutan liar.
(Erna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://detikperistiwa.co.id/wp-content/uploads/2024/03/IMG-20240311-WA0045.jpg