Prof. Chalullulah Wibisono: Literasi Spiritual Kunci Membangun Batam yang Humanis dan Beradab

Batam – detikperistiwa.co.id

Di tengah transformasi Batam sebagai kota metropolitan baru di perbatasan barat Indonesia, muncul kesadaran baru bahwa kemajuan sejati tidak hanya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi atau kemegahan infrastruktur, melainkan juga oleh kualitas manusia yang mengisinya. Hal ini menjadi penekanan utama dalam refleksi kritis Prof. Dr. Ir. Chalullulah Wibisono, MM—akademisi senior yang juga menjabat sebagai Waketum MUI Provinsi Kepulauan Riau dan Ketua FKUB Kota Batam.

Dalam forum akademik dan dialog kebangsaan yang digelar di Universitas Batam, Prof. Chalullulah menyampaikan pandangannya bahwa pembangunan Batam harus melampaui pendekatan teknokratik. Ia menegaskan perlunya memperkuat literasi spiritual dalam sistem pendidikan dan kehidupan sosial sebagai pondasi kota yang beradab.

“Modernitas tanpa spiritualitas akan melahirkan kerapuhan moral. Kota ini bisa besar, tetapi jiwanya bisa kosong. Kita butuh manusia-manusia unggul yang tidak hanya pintar, tapi juga sadar nilai, etika, dan Tuhan,” ujarnya.

Prof. Chalullulah memperkenalkan konsep ulil albab sebagai tokoh ideal dalam peta pembangunan Batam. Menurutnya, ulil albab adalah figur yang mengintegrasikan kecerdasan intelektual, kejernihan hati, dan keberanian moral. Ia mencontohkan bahwa banyak tantangan sosial—termasuk korupsi, manipulasi kekuasaan, dan dekadensi moral—berakar dari kegagalan pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya.

“Ketika ilmu tercerabut dari iman, maka cendekia bisa berubah menjadi predator kekuasaan. Fakta ini tak terbantahkan. Data KPK pada 2023 menunjukkan bahwa mayoritas pelaku korupsi adalah orang-orang dengan latar pendidikan tinggi. Ini bukan soal kecerdasan, tapi soal kehilangan arah nilai,” tegasnya.

Ia kemudian mengajak lembaga pendidikan di Batam untuk membangun ekosistem pembelajaran berbasis nilai, yang tidak hanya mengejar indeks prestasi akademik, tetapi juga indeks ketakwaan dan kepedulian sosial. Dalam pandangannya, Batam yang madani hanya bisa lahir dari generasi yang mewarisi semangat ulil albab—berpikir dalam, berhati jernih, dan bertindak bijak.

“Anak-anak kita harus diajarkan bukan hanya cara berpikir kritis, tapi juga cara merasakan dengan nurani. Karena kota ini tak butuh robot manusia, tapi manusia yang berjiwa,” tambahnya.

Sebagai penutup, Prof. Chalullulah menyampaikan harapannya agar Batam menjadi kota percontohan nasional—tempat di mana kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemuliaan akhlak, dan di mana setiap pembangunan fisik diiringi dengan pembangunan jiwa.

“Batam harus jadi kota cahaya. Bukan hanya karena lampu-lampunya, tapi karena nilai dan manusianya,” pungkasnya penuh harap. (Nursalim Turatea)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://detikperistiwa.co.id/wp-content/uploads/2024/03/IMG-20240311-WA0045.jpg