Rangkap Jabatan Marak di Bener Meriah, Publik Nilai Pemerintahan Tagore Stagnan

Bener Meriah – detikperistiwa.co.id

Fenomena rangkap jabatan di lingkup Pemerintah Kabupaten Bener Meriah semakin menjadi sorotan. Kondisi ini dinilai mencerminkan roda pemerintahan yang berjalan stagnan, tanpa arah yang jelas, sehingga menimbulkan kekecewaan mendalam di tengah masyarakat.

Publik menilai, Bupati Tagore Abubakar, yang terpilih kembali pada pilkada lalu dengan harapan mampu membawa perubahan, justru gagal menepati ekspektasi. Padahal, sebagai bupati definitif pertama di kabupaten penghasil kopi arabika terbaik ini, Tagore sempat dikenal sebagai sosok pembawa harapan.

Sejumlah aparatur yang merangkap jabatan strategis dinilai memperlihatkan lemahnya komitmen penataan birokrasi. Alih-alih memperkuat kinerja, kebijakan ini justru menciptakan tumpang tindih kewenangan dan memperlambat pelayanan publik.

“Ketika satu orang memegang lebih dari satu posisi penting, otomatis fungsi kontrol dan efektivitas kerja akan terganggu. Inilah yang membuat pembangunan di Bener Meriah terasa jalan di tempat,” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.

Masyarakat Bener Meriah merasa kepemimpinan Tagore belum menunjukkan terobosan berarti. Harapan besar pada masa kampanye agar kabupaten ini keluar dari persoalan klasik—seperti keterbatasan infrastruktur, lemahnya pelayanan publik, dan stagnasi ekonomi—belum tampak terealisasi.

“Pilkada kemarin masyarakat percaya bahwa Tagore akan mengulang masa kejayaannya ketika dulu menjadi bupati definit pertama. Faktanya, justru banyak kebijakan yang membuat kecewa,” tambah warga lain.

Meski demikian, publik masih berharap ada perbaikan di sisa masa kepemimpinan Tagore. Terutama pada aspek penataan birokrasi agar tidak lagi terjadi rangkap jabatan yang merugikan efektivitas pemerintahan.

“Bener Meriah memiliki potensi besar dari sektor kopi dan perkebunan. Jangan sampai potensi ini hilang hanya karena tata kelola pemerintahan yang lemah,” tegas seorang akademisi di Redelong.

Masyarakat kini menunggu langkah nyata dari bupati untuk membuktikan kepemimpinannya tidak sekadar simbol, melainkan benar-benar mampu membawa perubahan seperti yang dijanjikan saat kampanye.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *