Buleleng | detikperistiwa.co.id
Pengungkapan kasus narkoba oleh Kapolres Buleleng AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi, S.I.K., M.H. Hadir dalam kegiatan ini Kasat Narkoba Polres Buleleng, Kasihumas Polres Buleleng, serta Kasi Propam, juga awak media cetak, elektronik, dan online Kabupaten Buleleng. bertempat di Loby Polres Buleleng. Pada hari Kamis, tanggal 8 Agustus 2024, pukul 10.00 Wita.
Dalam Press Release tersebut, dijelaskan beberapa pengungkapan tindak pidana narkoba sebagai berikut :
“Pengungkapan di Gang Jempiring Jalan Ngurah Rai Kelurahan Seririt. Pada hari Senin, 29 Juli 2024, sekira pukul 16.00 WITA, di Gang Jempiring Jalan Ngurah Rai, Kelurahan Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, telah dilakukan penangkapan terhadap pelaku PAS (31 tahun), laki-laki, beragama Hindu, beralamat di Banjar Dinas Dajan Pura, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Pelaku diduga membawa, memiliki, menguasai, dan menyimpan satu buah pipet kaca yang berisi residu bekas pembakaran yang diduga mengandung narkotika jenis sabu dengan berat 1,50 gram bruto. PAS merupakan Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak tanggal 21 Mei 2024.
Kronologis pengungkapan berdasarkan penangkapan Tersangka KAR dan Tersangka KE yang sebelumnya ditemukan barang bukti narkotika jenis sabu di rumah PAS. Informasi dari masyarakat menyebutkan bahwa DPO kasus narkoba sedang menginap di sebuah penginapan di daerah Seririt. Tim Bhayangkara Goak Poleng melakukan upaya penangkapan terhadap PAS yang sempat melawan dengan menggunakan pisau dan pecahan kaca. Setelah negosiasi, PAS berhasil diamankan. Barang bukti ditemukan di rumah PAS pada hari Selasa, 30 Juli 2024. PAS dijerat dengan Pasal 114 ayat (1) dan Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
“Pengungkapan di Pinggir Jalan Yudistira Pada hari Jum’at, 26 Juli 2024, pukul 20.30 WITA, di pinggir jalan Yudistira depan Rumah Sakit Mahotama, Kelurahan Kendran, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, dilakukan penangkapan terhadap pelaku MS (51 tahun), laki-laki, beragama Hindu, beralamat di Lingkungan Tegal Mawar, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Pelaku diduga membawa, memiliki, menguasai, dan menyimpan satu plastik klip bening berisi butiran kristal bening diduga narkotika jenis sabu dengan berat 0,31 gram bruto (0,13 gram netto).
Informasi dari masyarakat menyebutkan adanya penyalahgunaan narkotika jenis sabu di wilayah tersebut. Tersangka MS bersama barang bukti dibawa ke Mako Polres Buleleng untuk pemeriksaan lebih lanjut. MS dijerat dengan Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
“Pengungkapan di Pinggir Jalan Surapati Pada hari Selasa, 30 Juli 2024, pukul 21.30 WITA, di pinggir jalan Surapati sebelah timur Bank Kanaya, Lingkungan Banyuning Utara, Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, dilakukan penangkapan terhadap pelaku NDP (49 tahun), laki-laki, beragama Hindu, beralamat di Banjar Dinas Bangah, Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pelaku diduga membawa, memiliki, dan menguasai lima plastik klip bening berisi butiran kristal bening diduga narkotika jenis sabu dengan berat total 506,69 gram bruto (497,73 gram netto). Pelaku juga memiliki 218 butir narkotika jenis ekstasi dan dua plastik klip berisi sabu dengan berat 3,68 gram bruto (3,15 gram netto).
Informasi dari masyarakat menyebutkan adanya transaksi narkotika jenis sabu di wilayah tersebut. Penangkapan dilakukan dengan disaksikan oleh kepala lingkungan setempat. Barang bukti ditemukan di rumah NDP pada tanggal 1 Agustus 2024. NDP dijerat dengan Pasal 114 ayat (2) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Kegiatan Press Release ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai upaya Polres Buleleng dalam memberantas peredaran narkoba di wilayah hukum Polres Buleleng.
Sby
Berita Terkait
Sejarah Mistis Batu Buyong Dan Wisata Belitung Timur. Diantara bebarapa objek wisata yang ada di pulau Belitung,salah satu yang sering di kunjungi wisatawan local adalah Batu Buyong di Batu Aer Tanjung Kelumpang . Obyek Wisata ini berada di daerah paling ujung di Selatan Pulau Belitung,terletak sekitar 110 km dari kota Tanjung Pandan, Batu Buyong bisa di capai menggunakan kendaraan roda dua maupun empat. Kelebihan obyek Wisata ini adalah sebuah batu seukuran lapangan bulu tangkis yang terlihat agak unik. Layaknya sebuah batu yang memang di letak kan di atas sebuah batu datar lain nya. Senin (4 Agustus 2025) Tono biasa disapa dengan panggilan Pitoy ini, anak dari Saidi Kahar, Cucu dari kek Kahar (Dukun terdahulu) Tono Pitoy penerus kuncen (Dukun) Batu Buyong yang juga melibatkan dukun Kampong bang alm Zani. Tono Pitoy menyebutkan, sebagai tempat wisata, kawasan obyek wisata Batu Buyong ini juga di kenali masyarakat sebagai tepat yang memiliki nuansa Magis cukup kuat. Hingga kerapkali orang-orang mendatangi Batu Buyung untuk bernazar, jelas Pitoy. Tak terlepas dari cerita di balik keberadaan dan asal usul Batu Buyong itu sendiri. Yang konon hanya sebuah batu kecil seukuran kepala bayi ( buyong.red ) yang berasal dari Kerajaan Majapahit, jelas Pitoy. Di kisahkan,dalam satu misi perluasan wilayah, satu armada kecil dari Kerajaan Majapahit melihat sebuah ” gosong ” yang aneh. Tampak seperti gosong,tapi pemandangan dari laut sangatlah indah. Terpesona dengan keindahan gosong tersebut, serempak semua awak perahu menghentikan pekerjaan. Mereka memilih menikmati keindahan tersebut daripada melakukan pekerjaan. Namun demikian,kendati memiliki kesempatan, mereka tak berani langsung mendarat ke gosong tersebut. Takjub dengan keindahan gosong tersebut, para awak perahu Kerajaan Majapahit seperti merasakan hanya mendatangi sebuah pulau tak berpenghuni saja. Tapi bedasarkan pengalaman di pulau-pulau lain, mereka merasa yakin bahwa gosong yang indah ini pasti ada penghuni nya. Dengan keyakinan tersebutlah kemudian mereka menyempatkan diri singgah sebentar untuk sekedar beristirahat sambil menikmati indahnya gosong. Sesampai di tanah Jawa, pimpinan Armada Kecil itupun segera melapor kepada Raja. Menceritakan pulau temuan yang anggap ganjil dan penuh misteri ini. Mendapat laporan demikian Raja merasa perlu untuk segera menanggapinya. Pertemuan singkat pun di gelar untuk memutuskan apakah pulau tersebut akan di beri tanda sebagai milik Majapahit. Di akhir pertemuan Raja menginstruksikan Hulubalang membuat sebuah tanda berupa subuah batu yang di buat dari batu dapur ( Tanah liat yang di bulatkan, biasanya di gunakan untuk membuat dapur api di rumah-rumah di kampong, sebesar kepala buyong-bayi.(red ). Mendapat instruksi demikian, Hulubalang pun segera menyiapkan sebuah batu dapur lengkap dengan tali rantai yang panjang sebagai pengikat pulau tersebut dari Pulau Jawa. Setelah semua perlengkapan siap rombongan kedua pun berangkat menuju pulau misterius tadi. Berbeda dengan misi sebelumnya,kali ini anggota rombongan jauh lebih banyak. Singkat cerita setelah rombongan tadi sampai di pulau misterius, mereka segera meletakan Batu Buyong di tempat nya sekarang ini. Dari Batu Buyung ini pula lalu di ikatkan rantai hingga sampai ke Pulau jawa. Sedang sebagian kecil tetap tinggal untuk mengawasi sekaligus menjaga pulau tersebut agar tidak di ambil orang lain. Penjaga inilah yang konon masih menghuni daerah dimana batu tersebut di letak kan. Kepada beliaulah orang-orang minta sesuatu untuk kemudahan yang bersifat duniawi. Saat ini Batu Buyung sudah tidak seperti keadaannya pertama kali di bawa dari tanah Jawa, yang hanya seukuran kepala bayi. Tapi sudah membesar hingga menjadi seukuran lapangan bulutangkis. Namun, yang aneh bin ajaib, letak Batu Buyong ini persis seperti sebuah batu yang memang diletakan di atas sebuah batu datar lain nya. Lebih lanjut Tono Pitoy mengatakan, menurut sejarahnya jaman dahulu, jika batu ini di dorong baramai-ramai ia akan tergeser ke lautan.Tetapi karena sekarang sudah di anggap batu berpenghuni, maka orang tak berani lagi membuktikan nya. Pitoy juga mengatakan bahwa, penghuni Batu Buyung ada 9 orang. 3 diantaranya Yaitu Kik Bedungun, Kik Bujang Tanggong ( Melayu/Islam ), Dr.Parlin dan disebelah kanan paling ujung khusus Tepekong yang dahulu yang sering didatangi orang Cina Bombai Gambar Melayang ( Cina/Khong Hu Cu ), dan Penderas kilat Di Awan ( Kulit Putih), Kata Tono Pitoy. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa, permintaan sesuatu kepada penunggu Batu Buyong ini akan bisa di kabulkan setelah peminta melakukan ” Pertapaan yang sangat berat ujian nya. Mula-mula Pertapa di lemparkan ke Gunung Baginda, lalu oleh penghuni Gunung Batu Beginda di kembalikan ke Batu Buyong. Lempar melempar itu terjadi sebanyak tujuh kali secara berulang-ulang. Nah, jika di Pertapa berhasil melewati ujian pertama ini, maka si Pertapa akan di lemparkan ke sebuah gosong bernama GOSONG PARAK, untuk uji secara Magis. Setelah seorang Pertapa berhasil melewati ujian terakhir ini, barulah apa yang di inginkan dan di sampaikan Pertapa sebelumnya akan di kabulkan. Memang sejauh ini tak ada yang menceritakan sudah berapa banyak Pertapa yang di kabulkan permintaan nya. Namun, sebagian masyarakat tetap yakin bahwa, batu yang semula hanya berukuran kepala bayi itu telah berubah menjadi sebesar lapangan buluh tangkis itu, tetap di jaga oleh pasukan yang di kirim oleh Raja Majapahit ketika menguasai Pulau Belitung, hingga jadi terkesan angker. (BSAHIB.,Pitoytsl.)
Dibaca 79