
Penulis: Mujihartono
Sumber: Dr.IswaDi Mp.D
Dr. Iswadi, M.Pd. Dorong Pemerintah Perkuat Pondasi Pendidikan Karakter
Jakarta : Pendidikan karakter bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan Indonesia, namun urgensinya semakin terasa di tengah krisis moral yang mengancam generasi muda. Dalam konteks ini, Dr. Iswadi, M.Pd., seorang akademisi dan pemerhati pendidikan nasional, menyuarakan pentingnya peran aktif pemerintah dalam memperkuat fondasi pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan. Ia menekankan bahwa membangun generasi unggul bukan hanya soal kecakapan akademis, tetapi juga integritas, empati, dan nilai-nilai kebangsaan.
Menurut Dr. Iswadi, selama ini pendidikan karakter sering kali hanya menjadi slogan yang belum sepenuhnya terimplementasi secara sistemik. Banyak sekolah memang mencantumkan nilai-nilai karakter dalam visi dan misi mereka, namun belum banyak yang berhasil menerjemahkannya ke dalam praktik pembelajaran yang konsisten. Di sinilah peran negara menjadi krusial. Pemerintah, sebagai pemegang kendali kebijakan pendidikan, harus lebih serius dalam merancang kurikulum, sistem evaluasi, hingga pelatihan guru yang berorientasi pada pembangunan karakter peserta didik.
Dr. Iswadi menyatakan bahwa pendidikan karakter harus dimulai dari hal-hal kecil namun fundamental, seperti keteladanan guru, budaya sekolah yang sehat, serta lingkungan belajar yang inklusif. Ia menekankan bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembentuk karakter. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru harus mencakup aspek pedagogik dan kepribadian. Guru perlu dilatih untuk menjadi figur teladan dalam bersikap jujur, disiplin, dan adil.
Lebih lanjut, ia mengkritisi sistem pendidikan yang terlalu menekankan capaian akademik dan nilai ujian semata. Menurutnya, sistem evaluasi nasional yang cenderung berbasis angka tidak memberi ruang cukup bagi aspek afektif dan psikomotorik yang merupakan elemen penting dalam pendidikan karakter. “Pendidikan tidak bisa semata dinilai dari angka. Kita perlu menilai bagaimana siswa menghargai perbedaan, bagaimana mereka menyelesaikan konflik secara damai, serta bagaimana mereka menunjukkan empati,” ujar Dr. Iswadi.
Salah satu solusi yang ia tawarkan adalah integrasi nilai-nilai karakter ke dalam seluruh mata pelajaran, bukan hanya pada pelajaran Pendidikan Pancasila atau agama. Misalnya, pelajaran matematika bisa menanamkan nilai kejujuran melalui keadilan dalam proses evaluasi. Pelajaran IPS bisa menjadi wadah untuk memahami pentingnya toleransi, sedangkan pelajaran seni dapat menumbuhkan apresiasi terhadap keberagaman budaya. Dengan pendekatan ini, pendidikan karakter tidak menjadi beban tambahan, melainkan bagian organik dari proses pembelajaran.
Tak hanya itu, Dr. Iswadi juga mendorong penguatan peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung pendidikan karakter. Ia percaya bahwa sekolah tidak bisa bekerja sendirian. Orang tua harus menjadi mitra aktif dalam membentuk sikap dan perilaku anak di rumah. Selain itu, lingkungan sosial yang kondusif juga penting agar nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah tidak bertabrakan dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan visi besar ini, Dr. Iswadi mengusulkan agar pemerintah memperkuat kebijakan yang mendukung pembentukan karakter, seperti penyusunan kurikulum berbasis karakter, pengembangan modul pelatihan guru, serta pembentukan indikator evaluasi karakter yang komprehensif. Ia juga menekankan perlunya kerja sama lintas sektor, mulai dari Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, hingga lembaga kemasyarakatan, dalam menyusun kebijakan yang berkelanjutan.
Dr. Iswadi menyoroti pula pentingnya digitalisasi pendidikan yang berkarakter. Di era teknologi informasi, anak-anak terpapar berbagai konten dari internet yang belum tentu sejalan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah untuk memperkuat literasi digital dan membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis agar dapat menyaring informasi serta membentuk karakter tangguh di tengah arus globalisasi.
Lebih dari sekadar wacana, Dr. Iswadi aktif memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan program pendidikan karakter yang aplikatif dan relevan. Ia percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten.
Dr. Iswadi mengajak seluruh elemen bangsa untuk tidak lelah membina generasi muda dengan nilai-nilai kebaikan. “Pendidikan karakter bukan pekerjaan instan. Ini investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Kita ingin mencetak generasi yang bukan hanya pintar, tetapi juga berintegritas dan mencintai tanah airnya,” ujarnya menegaskan
Dengan dorongan seperti ini, harapan akan terwujudnya sistem pendidikan yang lebih holistik dan berkarakter menjadi semakin nyata. Pemerintah diharapkan tidak lagi menunda langkah konkret, karena pendidikan karakter adalah pondasi utama dalam membangun Indonesia yang beradab, maju, dan berkepribadian.