
Penulis: Mujihartono
Editorial: Kaperwil Jateng
[20/2, 12.24 Https//detikperistiwa.co.id] Kakorlantas Polri, Irjen Pol. Drs. Agus Suryonugroho, S.H., M.Hum., menekankan pentingnya pendekatan Polantas kepada masyarakat dalam mengatasi masalah lalu lintas, sesuai arahan Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. Polantas diharapkan menjalin kedekatan dengan masyarakat melalui mendengarkan keluhan dan mengayomi. Sebagai contoh, Aipda Agus Sudarisman yang viral karena mengawal pasien sakit dengan melawan arus yang mencerminkan sikap peduli dan kemanusiaan. Kakorlantas Polri juga menegaskan bahwa Polantas seharusnya tidak bangga menilang, tetapi bangga ketika masyarakat tertib dan angka kecelakaan berkurang, dengan adanya penerapan sistem ETLE sebagai bagian dari transformasi kepolisian.
“Ketika masyarakat tertib dengan sendiri, disiplin dengan sendiri, angka kecelakaan berkurang, pelanggaran tidak ada, kita bangga, sekarang kan sudah ada era digital, penindakan sudah ada Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) tidak ada sentuhan lagi, ini bagian transformasi Kepolisian, apa yang disampaikan Pak Kapolri tentang Presisi, polisi harus di tengah masyarakat dan diterima masyarakat,” jelas Kakorlantas Polri, Rabu (19/2).

Pendekatan humanis yang ditekankan oleh Kakorlantas Polri sejalan dengan transformasi kepolisian menuju era digital dan pelayanan yang lebih presisi. Polantas yang lebih berperan sebagai pelayan dan pelindung masyarakat, seperti yang dicontohkan Aipda Agus Sudarisman, menunjukkan bahwa pendekatan empati bisa membangun kepercayaan publik.
Sistem ETLE yang diterapkan juga menjadi langkah maju dalam mengurangi interaksi langsung yang berpotensi menimbulkan konflik, sekaligus meningkatkan transparansi dalam penegakan hukum lalu lintas. Jika masyarakat dapat tertib dengan kesadaran sendiri, maka fokus Polantas bisa lebih diarahkan ke edukasi dan pencegahan.
Menurut Anda, bagaimana efektivitas pendekatan ini dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas? Apakah kesadaran masyarakat cukup kuat untuk mendukung kebijakan tanpa perlu penindakan langsung?
Sumber: Humas POLRI