Jakarta – detikperistiwa.co.id
Penyidik Polda Metro Jaya telah menetapkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
“Menetapkan Saudara FB selaku Ketua KPK RI sebagai tersangka,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Ade Safri Simanjuntak kepada wartawan, Rabu (22/11/2023).
Terlepas dari kasus yang membelit Firli Bahuri saat ini, ada baiknya kita kembali menengok seleksi Calon Pimpinan (Capim) KPK periode 2019-2023, dimana persaingan itu kemudian dimenangkan oleh Firli Bahuri.
Pada seleksi tahap awal yang dilakukan panitia seleksi (Pansel) Capim KPK periode 2019-2023, nama Firli Bahuri sebenarnya tidak termasuk calon yang diunggulkan oleh publik. Pada tahap-tahap awal seleksi, memang ada 13 jenderal polisi yang lolos untuk mengikuti tahapan seleksi selanjutnya, yakni uji kompetensi.
Dari 13 jenderal polisi itu, Irjen Pol. (Purn) Ike Edwin justru menjadi sosok yang paling diunggulkan oleh publik pada masa itu. Keinginan publik agar Ike Edwin menjadi pimpinan KPK periode 2019-2023 itu terlihat pada pencarian berita di mesin pencari google dalam kurun waktu 24 jam terakhir (11-12 Juli 2019). Nama Irjen Ike Edwin mengungguli Capim KPK dari unsur Polri lainnya.
Dari hasil pencarian di Google Trend Indonesia pada masa itu, Irjen Pol. Ike Edwin mengungguli nama Capim KPK dari Kepolisian, yakni Irjen Firli Bahuri, Irjen Antam Novambar, dan Komjen Pol. (Purn) Anang Iskandar.
Hasil data Google Trend Indonesia menunjukan nama Irjen Pol. Ike Edwin paling banyak disebut dengan topik Calon Pimpinan KPK. Nama mantan Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri itu unggul lantaran menjadi calon alternatif bila dilihat dari rekam jejak dan kemampuan pemberantasan korupsi.
Tampak dari kurva yang ditunjukkan tren pencarian Google Indonesia, Ike Edwin memimpin pencarian di beberapa waktu. Pada tanggal 12 Juli 2019, Ike Edwin memimpin pencarian pada pukul 07.40, 12.52, 14.36, 15.16, dan 19.08 WIB. Pencarian calon Irjen Pol. Ike Edwin memimpin pencarian di beberapa daerah seperti Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta DKI Jakarta.
Namun sayang, keinginan publik tidak seiring dengan hasil keputusan Pansel Capim KPK. Sosok jenderal polisi yang akrab disapa Dang Ike ini justru gagal pada tahap tes psikologi, yang hasilnya tidak bisa diumumkan ke publik.
Mengetahui Ike Edwin gagal melewati tes psikologi, banyak komentar orang bernada kecewa yang berseliweran di lini masa media sosial. Pasalnya, dari rekam jejaknya sebagai aparat penegak hukum, Ike Edwin dinilai sukses dalam pemberantasan korupsi. Yang paling fenomenal pada masa itu, Ike Edwin berhasil mengungkap megakorupsi pajak yang melibatkan Gayus Tambunan. Saat itu, Ike Edwin menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
Pada masa pencalonan Capim KPK periode 2019-2023, Irjen Pol. Ike Edwin masih aktif berdinas sebagai Sahlisospol Kapolri. Kala itu, Ike Edwin gencar mengampanyekan visi-misinya sebagai Capim KPK. Dia maju sebagai Capim KPK agar tidak ada korupsi di Indonesia.
“(Visi-misi) ya, harusnya nggak ada korupsi lagi dong, kan itu harapan rakyat seluruh bangsa,” kata Edwin kepada wartawan di Pusdiklat Setneg, Jalan Gaharu I, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2019).
Mantan Kapolda Lampung ini mengatakan KPK akan terus menjadi lembaga independen. Jika terpilih sebagai pimpinan KPK, dia berjanji akan bekerja sama dengan setiap institusi negara. “Nggak ada (intervensi), KPK itu independen. Ya, kerja samalah sama komponen bangsa kedepan, kan baik ya, biar negara kita tambah baik dan bagus,” katanya.
Dukungan terhadap sosok keturunan Raja Sekala Brak Lampung ini juga datang dari Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI). Koordinator MAKI Boyamin Saiman menilai sosok Irjen Pol. Ike Edwin lebih tepat untuk memimpin KPK periode 2019-2023.
Alasannya, selain karena berhasil mengungkap kasus korupsi pajak Gayus Tambunan, Ike Edwin juga mampu menuntaskan 120 persen kasus korupsi semasa menjabat Dirtipikor Bareskrim Polri.
Berdasarkan catatan MAKI, walaupun ketika itu (tahun 2010) anggaran Polri jauh lebih kecil, tetapi prestasi Polri dalam mengungkap dan menuntaskan kasus korupsi jauh melebihi capaian KPK dan Kejaksaan Agung.
“Apalagi sekarang dia (Ike Edwin) menjabat sebagai Staf Ahli Sosial Politik Kapolri. Selain masalah korupsi, dia juga memahami politik. Pimpinan KPK ini kan harus orang yang mengerti politik supaya tidak dikadalin oleh politik dan dimakan oleh politik,” kata Boyamin, pada 12 Juli 2019.
Boyamin menilai, saat itu istitusi Polri telah melakukan kesalahan besar dalam merekomendasikan Firli Bahuri menjadi Pimpinan KPK dari unsur Polri.
“Kesalahan terbesar institusi Polri saat itu adalah merekomendasikan Firli Bahuri untuk memimpin KPK. Padahal ada calon lain dari Polri yang memiliki track record bagus di bidang penuntasan kasus korupsi,” ujar Boyamin, Jumat (24/11) kepada wartawan di Jakarta. (M imran j Ketua Dpc Pwdpi kota lhokseumawe)
(yus,MHD. RB)