Satu Naungan Keluarga Bhayangkari, Meri Hoegeng Berpesan Ganjar Untuk Tetap Sederhana.

Penulis : netti herawati

Yogyakarta – detikperistiwa.co.id

Anggota POLRI terbaik sepanjang sejarah Indonesia itu dipegang oleh Hoegeng Iman Santoso. Dia punya proses panjang dengan sikapnya yang tegas, menjaga marwah intitusi yang dinaunginya.

Satu lukisan tentang Hoegeng yang sedang berdiri dengan pakaian ala kadarnya sedang melukis sosoknya dalam balutan seragam, berhasil mencuri perhatian publik. Di sana lukisan yang sedang dikerjakan Hoegeng tidak selesai, memang itu sebuah kesengajaan karena tidak ada kesempurnaan dalam penugasannya.

Sebenarnya hal itulah yang kemudian menjadi tugas generasi ke generasi untuk menyempurnakannya. Tapi yang nampak hari ini, cita-cita itu belum terealisasi dengan baik. Hoegeng terkenal akan sikap jujurnya dalam segala hal, termasuk keantiannya dengan yang namanya korupsi.

Apapun bentuk korupsi, dia tidak mau berkompromi. Dan dia teguh dengan prinsipnya itu sebagai abdi negara. Pun dengan kesederhanaannya yang dikenang sampai sekarang. Karena sebuah jabatan, tidak membuatnya semena-mena dengan bawahan ataupun rakyat yang dia layani.

Cerita Hoegeng ini ternyata menjadi satu teladan bagi sosok Ganjar Pranowo, kisah itu mengalun dari ayahnya. Ayah Ganjar Parmudji Wiryo adalah polisi berpangkat rendah yang pernah ditugaskan dalam dalam operasi penumpasan PRRI atau Permesta di Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Tidak heran Ganjar dan keluarga sering berpindah-pindah tempat tinggal, karena penugasan ayahnya.

Mengisahkan cerita Hoegeng kepada sang anak, membuat Parmudji juga meneladani sosok polisi terbaik itu. Kejujuran menjadi satu sifat yang diterapkan dalam melakukan penugasan negara. Ajaran untuk jujur dalam setiap amanah yang dipegang, kini menurun pada Ganjar.

Almarhumah ibu Ganjar bahkan tak pernah bosan untuk mengingatkannya, agar terus bekerja hanya untuk rakyat. “ojo korupsi!”, begitu satu nasehat yang terpatri di kepala Ganjar hingga detik ini.

Kebahagiaannya membuncah, saat Ganjar bisa bersilaturahmi dengan istri Hoegeng Meriyati Roeslani. Pertemuan itu mengingatkannya kepada mendiang sang ibu, yang juga punya jabatan tak kasat mata sebagai ibu bhayangkari seperti halnya Meri Hoegeng.

Banyak cerita, banyak pula obrolan yang dia jalin dengan Meri yang kini sudah memasuki usia 98 tahun. Diantaranya menyinggung tentang kehidupan keduanya yang berbau keluarga bhayangkari sampai ke cerita kesibukannya saat ini dan mengobrolkan sang istri, Siti Atikoh, yang belum bisa menemaninya bersilaturahmi.

Kalau Meri berstatus ibu bhayangkari, maka Ganjar adalah anak bhayangkari. Ditemani anak, cucu serta kerabat Hoegeng, Ganjar mendapat banyak cerita yang mengalun dari mereka, sampai ditemani berkeliling ke galeri Hoegeng dan disuguhi bubur beraneka jenisnya.

Penuh kehangatan, bak keluarga sendiri Ganjar diperlakukan dengan baik. Meri pun mengungkapkan rasa senangnya atas kunjungan Ganjar ini. Dia menilai Ganjar adalah sosok calon pemimpin yang penuh keramahan, santun dan pandai membawa diri.

Ganjar sosok yang pandai bergaul dan bisa menempatkan dirinya sebagai teman, sekaligus keluarga yang baik bagi orang di sekitarnya. Pertemuan itu diitutup dengan doa Meri untuk Ganjar, dengan harapan semoga hal terbaik selalu didapat Ganjar agar bisa selalu memberi manfaat bagi bangsa dan negara ini.

Meri menambahkan wejangan penuh sayangnya, agar Ganjar selalu kuat dan tetap menjadi pribadi yang sederhana. Ya itulah yang kini ada pada diri Ganjar, dia berusaha selalu menjaga amanah rakyat dengan baik. Menjalankannya dengan penuh tanggung jawab, tidak semena-mena mengangkat kejujuran tinggi tidak berkompromi dengan KKN yang dapat merubuhkan kepercayaan rakyat. Sehingga tindakan untuk ngerem keserakahan itu tumbuh subur dalam dirinya.

Tetap menjadi sederhana, nasehat dari Meri maenyiratkan supaya Ganjar tidak berubah walau jabatan besar nanti hinggap di kedua pundaknya. Tentu dia harus dan akan selalu ingat pesan-pesan orang tercintanya, untuk berjalan dengan baik di relnya dan mengindari penyimpangan hanya karena nikmat sebuah kekuasaan.

Dari Hoegeng yang menjadi polisi terbaik sepanjang sejarah itu ,mengajarkannya agar selalu menerapkan ajaran orang tua yang diwariskan kepadanya, untuk menjadi pemimpin sekaligus pelayan rakyat terbaik juga di negeri ini.

Itulah pertemuan laksana ibu dan anak.

Sumber : LA. Yogya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://detikperistiwa.co.id/wp-content/uploads/2024/03/IMG-20240311-WA0045.jpg